KUDUS, ZONANEWS.ID – Harga kedelai impor di Kabupaten Kudus mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Lonjakan harga ini diduga dipicu oleh dampak perang dagang antara Amerika Serikat dan negara-negara mitra dagangnya, serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Kondisi ini semakin memperburuk situasi bagi para pengusaha tahu dan tempe yang sangat bergantung pada bahan baku kedelai impor.
Manajer Primer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus, Amar Maruf, menyatakan bahwa harga kedelai impor kini sudah menyentuh angka Rp9.600 per kilogram. Kenaikan harga ini jauh melampaui harga normal yang sebelumnya berada di kisaran Rp9.000 per kilogram.
Amar juga mengungkapkan bahwa lonjakan harga kedelai impor sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu, bahkan sebelum perayaan Lebaran.
“Kenaikan harga ini bahkan sudah terjadi sejak sebelum Lebaran kemarin,” ujar Amar Maruf saat dihubungi pada Selasa, 8 April 2025.
Ia memprediksi bahwa tren kenaikan harga kedelai impor akan terus berlanjut dalam beberapa waktu ke depan, mengingat kondisi perekonomian global yang masih belum stabil.
Saat ini, stok kedelai impor yang tersedia di gudang Primkopti Kudus sudah habis, dan mereka tengah menunggu kedatangan pasokan baru.
“Stok lama sudah habis. Kami masih menunggu pengiriman stok baru yang kemungkinan datang hari ini. Namun, harga kedelai terbaru belum bisa dipastikan,” tambahnya.
Kondisi ini berpotensi memberikan dampak serius pada industri tahu dan tempe di Kabupaten Kudus. Meskipun dampak tersebut belum terlihat dalam beberapa hari terakhir karena sebagian besar perajin sedang libur produksi selama Lebaran Ketupat.
Biasanya, para pengusaha tahu tempe akan menyiasati lonjakan harga bahan baku dengan mengecilkan ukuran produk tanpa menaikkan harga jual.
Namun, jika harga kedelai terus melonjak tanpa ada solusi, banyak pengusaha yang khawatir akan terpaksa menghentikan usahanya. ***