KUDUS, ZONANEWS.ID – Ketulusan dan kejujuran kini terasa seperti kemewahan yang tenggelam di tengah gemerlapnya zaman. Di dunia yang makin dipenuhi kepalsuan dan ambisi diri, nilai-nilai luhur itu justru sering dikesampingkan demi kepuasan semu dan pencitraan.
Kritik atas fenomena inilah yang coba diangkat dalam pementasan teater bertajuk “Dagdigdug” oleh Teater Satoesh UIN Sunan Kudus, Rabu, 1 Oktober 2025 di Gedung Auditorium Universitas Muria Kudus (UMK)
Pentas produksi yang diadaptasi dari naskah karya Putu Wijaya ini tampil dalam gaya realis, berlatar rumah tua yang dihiasi dua peti besar dan foto tuan rumah.
Atmosfer muram nan simbolik tersebut menjadi panggung untuk menyampaikan kritik sosial mengenai pudarnya moralitas dalam relasi antar manusia.
Penonton diajak masuk ke dalam cerita keluarga Sugeng yang sarat konflik, penuh simbol, dan menggugah batin.
Sugeng, sang tokoh utama, digambarkan sebagai pria renta yang mencoba menyiapkan akhir hidupnya secara rasional, bahkan menegosiasikan harga liang lahat kepada tukang gali kubur.
Adegan-adegan absurd bercampur haru silih berganti, terutama ketika Sugeng dan istrinya terlibat perbincangan serius soal penjualan rumah dan penyusunan surat wasiat.
Namun ketegangan mulai meningkat ketika adik Sugeng, Cokro, merasa haknya tidak diakomodasi.
Konflik memuncak ketika Cokro secara tragis membunuh Sugeng karena pertengkaran surat wasiat. Tangis Hartini, istri Sugeng, yang kemudian memutuskan menyusul sang suami ke dalam peti menutup babak dramatis tersebut.