Kirab Tebokan Jenang, Merayakan Sejarah dan Potensi Desa Kaliputu Kudus

Kirab Tebokan Jenang di halaman Balai Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. (Foto: Siti Islamiyah/Zonanews.id)

KUDUS, ZONANEWS.ID – Masyarakat di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus kembali mengadakan Kirab Tebokan Jenang pada Jumat sore, 27 Juni 2025, atau tepatnya pada 1 Muharram 1447 pada penanggalan Islam.

Kirab Tebokan Jenang yang dihadirkan sejak tahun 2010, merupakan bentuk pelestarian budaya dan warisan leluhur, untuk mengenalkan asal-usul desa sekaligus mengangkat potensi usaha jenang yang sudah terkenal di daerah tersebut.

Kirab Jenang Tebokan merupan visualisasi kisah yang terjadi pada tahun 1540-an di daerah setempat. Seorang anak kecil yang sedang menerbangkan merpati di tepi sungai terjatuh ke dalam air dan tidak dapat diselamatkan.

Bacaan Lainnya

Anak tersebut, merupakan cucu dari Mbah Dempok Soponyono. Dalam kesedihannya, Ia kemudian meminta bantuan kepada salah seorang murid Sunan Kudus, yaitu Raden Syarifuddin atau lebih dikenal dengan nama Syekh Jangkung (Saridin).

Dengan kebijaksanaannya, Syekh Jangkung mengoleskan jenang gamping bubur putih ke tubuh cucu Mbah Dempok. Berkat doa dan sabdanya, anak itu pun bisa hidup kembali.

Kisah ajaib tersebut pun menjadi cikal bakal nama Desa Laliputu, yang kemudian dikenal menjadi Kaliputu hingga saat ini.

Kepala Desa Kaliputu, Wiyono Pramono, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan agar masyarakat, terutama generasi muda, mengetahui sejarah jenang yang menjadi ciri khas desa mereka.

“Kirab ini menjadi sarana penting untuk mengenalkan kepada anak-anak muda tentang sejarah desa kami dan juga mendorong tumbuhnya usaha jenang di Kaliputu,” ujar Wiyono, Jumat, 27 Juni 2025.

Baca :  Barber On The Street, Cara Unik Cukur Rambut Gratis Ala Pemuda Kudus

Kirab Tebokan Jenang diadakan setiap tanggal 1 Muharram menurut kalender Islam, dengan melibatkan masyarakat dari berbagai lapisan usia yang bersatu merayakan tradisi ini dalam suasana yang penuh kebersamaan.

Sekitar 20 gunungan yang dihias dengan berbagai bentuk jenang dan hasil bumi dikirab mengelilingi desa, dimulai dari Jalan Sosrokartono dan berakhir di Balai Desa Kaliputu.

Di penghujung acara, ribuan warga menyaksikan gunungan berisi jenang, hasil bumi, dan tebok (tampah) sebagai simbol berkah yang datang dari sejarah dan hikayat Mbah Dempok Soponyono. Kemudian diakhiri dengan kepung gunungan.

“Kami ingin generasi mendatang tahu dan bangga dengan cerita yang ada di desa mereka. Kirab ini penting sebagai pengingat sekaligus upaya mempertahankan budaya lokal yang sudah ada sejak lama,” tambahnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Mutrikah, menyatakan bahwa kirab ini bukan hanya memperkenalkan asal-usul desa, tetapi juga dapat menjadi sarana edukasi yang efektif untuk mengangkat potensi desa Kaliputu.

Menurut Mutrikah, selain jenang, terdapat juga potensi lain yang patut dikenalkan, seperti seni budaya dan usaha kecil menengah (UMKM), serta mengenang sosok pahlawan Sosrokartono yang makamnya ada di desa tersebut.

“Kami berharap kirab ini dapat mendongkrak usaha jenang dan mengenalkan jenang Kudus ke pasar yang lebih luas. Selain itu, kirab ini juga dapat menjadi ajang bagi generasi muda untuk terlibat dalam pelestarian sejarah dan budaya desa mereka,” pungkas Mutrikah.

Pemerintah Kabupaten Kudus tengah mengupayakan kirab Tebokan Jenang untuk diusulkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), dengan harapan dapat lebih mengangkat citra desa Kaliputu di tingkat nasional. ***