Ia melanjutkan, pertanian kembang kol masih jarang ditemukan di wilayah Kudus. Tapi di Desa Soco, kembang kol bisa berkembang bagus. Bila dirawat dengan baik, bisa menghasilkan bobot rata-rata 1,5 kilogram per tanaman.
Untuk itu, ia mendorong petani Desa Soco mengembangkan jenis tanaman ini. Terlebih kembang kol menjadi salah satu tanaman yang diminati masyarakat.
“Harapannya ini (pertanian berkelanjutan di Desa Soco) menjadi salah satu contoh untuk menggerakkan masyarakat untuk meniru sistem pertanian semacam ini,” kata Agus.
Pengelola lahan, Syakur, mengaku bahwa KK Farm menjual hasil panen langsung kepada masyarakat. Bahkan membuka kesempatan bagi konsumen untuk memetik sayuran langsung di lahan.
Selain tanaman, Syakur juga memanfaatkan limbah ternak ayam untuk kebutuhan pertanian. Kotoran ayam digunakan sebagai bahan biogas, sementara hasil penguraian itu bisa dijadikan pupuk organik.
Melalui cara tersebut, ia tidak perlu pupuk kimia dalam merawat tanaman. Semua bisa terpenuhi dari sumber yang ada di sekitar.
“Dengan cara ini, lahan bisa produktif sekaligus mendukung swasembada pangan dan energi,” tuturnya.***
